Jumat, 29 Mei 2015

Sedikit Renungan untuk Banyak Kekacauan

Kacau.

Betul, saya berada di sini untuk mengatasi kekacauan yang akhir-akhir ini makin menjadi-jadi. Mengingat menulis adalah terapi ampuh yang lama saya tinggalkan. Mungkin karena itu juga kepala saya jadi makin susah diatur. Isi kepala saya penuh, dan semakin penuh, sampai akhirnya meluap kemana-mana seperti air got ketika musim hujan datang. Saya lupa atau mungkin sedang sangat lelah, bahkan untuk menunjukkan emosi, termasuk melalui tulisan.

Sulit menjadi waras ketika kekacauan berubah menjadi kegilaan. Bersyukur selalu ada waktu yang seperti menarik diri untuk merenung banyak-banyak. Ketika punya kesempatan untuk sedikit berpikir waras di tengah yang saya atau mungkin juga kamu sebut gila, menulislah. Ini mengembalikan kewarasan. Paling tidak kamu bisa percaya bahwa kekacauan di kepalamu akan luruh bersama kata per kata yang kamu tuliskan. Ini yang saya katakan pada diri sendiri.

Seperti ini, hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada fase di mana kerikil-kerikil berubah jadi tembok besar yang menghalangi jalanmu. Satu-satunya jalan keluar hanya dengan melewati tembok itu, bagaimanapun caranya. Saya juga tidak tahu bagaimana, tapi saya yakin saya akan.

Seperti bertaruh, kita lihat nanti. Saya tidak yakin setelah menulis ini semua akan berjalan lebih mulus, saya hanya berdoa agar tetap baik-baik saja di tengah keadaan yang sebenarnya sedang tidak baik.

Tuhan tidak tidur, penjagaannya selalu ada. Mungkin Dia hanya sedang senang melihatmu bertumbuh. Berjalan dengan kaki sendiri.