Selasa, 31 Juli 2018

batu!

hilang tanda
sekali lagi
kau mencari pada apa yang mungkin atau tidak terjadi

kepalamu sibuk bertanya
sebab dadamu cuma jalan angin
yang makin dingin makin ingin
menunggu untuk yang (semoga) sudi
kepalamu penuh tanda tanya
menghitung-hitung setiap kemungkinan
sedang dadamu semak belukar
apa-apa yang liar dan keras kepala

pernah kau diajari berhenti
tapi kepalamu batu
mencari-cari jalan lain
pernah kau belajar untuk sudah
tapi kau terlanjur menuju
pada apa-apa yang masih samar
dadamu yang belukar itu,
melukai diri sendiri
demi apa-apa yang tak mau ditukar.


Senin, 30 Juli 2018

abu

doa-doamu masih saja keras kepala
ia sebuah belati
menancap di jantungmu sendiri
berkali-kali

kau mati
ke sekian kali

pemakaman pertama di kepalamu
ke-dua, ke-tiga,
hingga ke dada mu,
yang tiada temu.

...
..

Jumat, 27 Juli 2018

ada yang tidak pernah kukemasi.

aku pulang,
rebah di segala paling palung
ruang paling gelap
dengan sebuah korek curian,
kunyalakan pelita berwarna jingga
asapnya pekat seperti yang sudah-sudah
isi kepalaku kini penuh debu
di paru-paruku menjalar abu
aku terjaga dengan kantung mata kian hitam
kembali memulai perjudian dengan semesta
bertaruh dengan jaminan yang itu-itu saja
malam kian pekat
aku takut kecolongan
kusembunyikan satu di saku kiri
supaya aku tetap punya hal untuk kusimpan
kelak, aku tidak akan sendiri
aku punya saku kiri
lalu tinggal menunggu mati
jika tak tergenapi
sengaja tak kukemasi
aku tidak hendak kemana-mana
aku tak punya cukup tidur untuk berlari terlalu jauh
di garis-garis bawah mataku lah perjalanan paling jauh
sebab yang paling palung
cuma pulang.


Kamis, 26 Juli 2018

aku pulang sendirian
membawa detak detik sekarat
lampu jalan serupa bola matamu
temaram yang selalu kutuju sejak pukul 5 sore 
jalan masih ramai seperti isi kepala kita
tapi seseorang tertinggal,
ia berjalan pelan
seolah mengenali gelap
ia tak berhenti barang sejenak
ia berjalan, pelan
seperti menuju ke suatu
entah apa
barangkali sebuah keyakinan hidup di dadanya
atau ia hanya lupa jalan pulang
lalu menerka-nerka?
lalu, kenapa ia tidak henti sejenak?
lalu kenapa juga aku di sini?

Selasa, 03 Juli 2018

asing


hujan semalaman
kukira ia melesap hingga ke jantungmu
tidak,
ia hanya suara-suara deras di kepalaku
ke jantungku lah ia akhirnya jatuh
dengan kaki-kakinya yang runcing
katanya, yang luas ini lautan
aku kini memelihara ombak
di bagian paling dalam,
doa-doa seorang bisu
pecah 
entah terdampar di mana.