Memanggil dari balik petang
Di lipatan matahari ego kian hitam
Beranjak perlahan hingga kemari
Kemudian cepat ruh mu terperangkap mengakui diri
Dan sebelum ringkihmu selesai, gelap telah usai.
Terang datang.
#dialogpuisi ke-24
Jumat, 30 Maret 2012
Pulang
Sebutlah ini perjalanan.
Sudah jauh.
Berkawan dengan yang baru.
Lalu di belakang, rindu seperti memburu
Dan kuputuskan untuk pulang.
Melupakan pencarian di pergiku.
#dialogpuisi ke-23
Sudah jauh.
Berkawan dengan yang baru.
Lalu di belakang, rindu seperti memburu
Dan kuputuskan untuk pulang.
Melupakan pencarian di pergiku.
#dialogpuisi ke-23
Sabtu, 10 Maret 2012
Tanah
Kata, jatuhlah ke tanah. Kepadaku.
Cukup bagimu bermain seharian
Singgahlah. Catat dirimu di punggungku
Sebelum udara membawamu lagi kemana-mana
Merapat. Tuliskan dirimu sesukamu
Sebelum udara terbangkanmu sesukanya
Sebagai #dialogpuisi ke-22
Cukup bagimu bermain seharian
Singgahlah. Catat dirimu di punggungku
Sebelum udara membawamu lagi kemana-mana
Merapat. Tuliskan dirimu sesukamu
Sebelum udara terbangkanmu sesukanya
Sebagai #dialogpuisi ke-22
Matahari
Datanglah matahari pada bulan yang usai
Cerita malam yang sepenggal itu kini kabur terpapar silau
Bukan matahari yang pongah
Sadarlah, bulan, rehatlah sejenak dari puisimu yang patah
Tidurlah dalam awan yang tebal
Hingga malam kembali, giliranmu bermain, udara dan kata.
Sebagai #dialogpuisi ke-21
Cerita malam yang sepenggal itu kini kabur terpapar silau
Bukan matahari yang pongah
Sadarlah, bulan, rehatlah sejenak dari puisimu yang patah
Tidurlah dalam awan yang tebal
Hingga malam kembali, giliranmu bermain, udara dan kata.
Sebagai #dialogpuisi ke-21
Pensil Warna
Aku, warna-warni yang menari lincah di tubuhmu
Ada cerita ku tuang disana
Bertumpuk dan kadang jarang
Helaimu ku hinggapi satu-satu
Menyatulah kita, wahai kertas.
Sebagai #dialogpuisi ke-20
Ada cerita ku tuang disana
Bertumpuk dan kadang jarang
Helaimu ku hinggapi satu-satu
Menyatulah kita, wahai kertas.
Sebagai #dialogpuisi ke-20
Kering
Adalah kini musim hujan
Kata turut basah, hanyut.
Demikian hingga tak ada jejak disini
Ini ide yang kering
Seperti titik-titik air yang mulai hilang
Kata tak lagi basah
Menguap cepat
Sebagai #dialogpuisi ke-19
Kata turut basah, hanyut.
Demikian hingga tak ada jejak disini
Ini ide yang kering
Seperti titik-titik air yang mulai hilang
Kata tak lagi basah
Menguap cepat
Sebagai #dialogpuisi ke-19
Jumat, 09 Maret 2012
Batas
Kau temukan titik bernama batas. Aku.
Pada kaki-kaki yang menapak tak ada ruang untuk bergerak banyak
Seperti peluh di lampu merah yang kepanasan
Maka bebas adalah harga mati
Batas bukan perhentian yang mengajakmu bunuh diri
Maka kau, cukup lewati aku, dan kau bebas.
Sebagai #dialogpuisi ke-18
Pada kaki-kaki yang menapak tak ada ruang untuk bergerak banyak
Seperti peluh di lampu merah yang kepanasan
Maka bebas adalah harga mati
Batas bukan perhentian yang mengajakmu bunuh diri
Maka kau, cukup lewati aku, dan kau bebas.
Sebagai #dialogpuisi ke-18
Tidur
Pagi, jangan cepat datang
Saya mau lelap, dengan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Kemudian mencoba menghangatkan punggung di balik selimut
Sudah, berhenti mencoba membangunkan aku
Jangan bersusah payah
Aku mau tidur saja, menyembunyikan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Hey, saya bilang SAYA MAU TIDUR!
Tak bangun pagi sekali ini
Seperti berhutang, layaklah ini kusebut melunasi tidur.
Jangan sebut ini sepasang, bangun itu mengakhiri, tidurku yang belum cukup.
Sebagai #dialogpuisi ke-17
Saya mau lelap, dengan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Kemudian mencoba menghangatkan punggung di balik selimut
Sudah, berhenti mencoba membangunkan aku
Jangan bersusah payah
Aku mau tidur saja, menyembunyikan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Hey, saya bilang SAYA MAU TIDUR!
Tak bangun pagi sekali ini
Seperti berhutang, layaklah ini kusebut melunasi tidur.
Jangan sebut ini sepasang, bangun itu mengakhiri, tidurku yang belum cukup.
Sebagai #dialogpuisi ke-17
Bandara
Persinggahan,
Ada kamu lalu lalang, di jalan yang panjang dan lapang
Segera terbang dan bertemu awan
Lalu ketika kamu pulang, inilah rumah
Tempatmu berhenti sebelum udara kembali bergerak di sayap-sayapmu
Pesawat, terbanglah dan jangan lupa pulang
Kesini, ke bandara, dimana rindu menjemput di tangan yang merentang (seperti sayapmu).
Sebagai #dialogpuisi ke-16
Ada kamu lalu lalang, di jalan yang panjang dan lapang
Segera terbang dan bertemu awan
Lalu ketika kamu pulang, inilah rumah
Tempatmu berhenti sebelum udara kembali bergerak di sayap-sayapmu
Pesawat, terbanglah dan jangan lupa pulang
Kesini, ke bandara, dimana rindu menjemput di tangan yang merentang (seperti sayapmu).
Sebagai #dialogpuisi ke-16
Langganan:
Postingan (Atom)