Jumat, 16 Mei 2014

aku sedang menghadiahi mataku dengan puisi
ketika diam-diam dingin ruangan menjalari paru-paruku dengan kamu
bersama bunyi-bunyi di kepala kamu sukses diselundupkan
dengan rupa kemacetan yang menahan mobilmu di belakang pengendara-pengendara motor
hendak ke mana kamu?
bukankah pertemuan yang kita rencanakan baru nanti?


oh ya, aku sudah lapar :|

untuk kamu baca kelak

Saya Alice, perempuan yang satu waktu menceritakan mimpinya padamu. Lalu kamu enggan percaya. "kebetulan", katamu. Seperti ingin kutarik kembali kalimat-kalimatku yang telah sampai padamu. Tapi mana mungkin. Yang pasti ketika itu (hanya): tak ada orang yang suka mendengar terlampau banyak tentang mimpi, pikirku. 

Apakah terlalu gila untuk mempercayai mimpi-mimpi? Dari sekian banyak mimpi telah kutemui cukup banyak yang jadi nyata setelahnya, meskipun memang ada beberapa mimpi yang kupercaya sebagai satu cerita namun belum juga sampai pada yang bernama kesimpulan.

Di usia yang seingatku belum menginjak dewasa, saya melihat ada pesta. Orang-orang berpasangan. Lalu ada sepasang yang jadi perhatian, entah siapa mereka. Itu perjamuan yang wangi. Benar-benar wangi. Mungkin kala itu ada yang sedang memakai parfum di dekatku, ketika aku tidur.

Setelahnya, beberapa tahun kemudian, ada sepasang anak kecil. Mereka bermain di bawah pohon rindang. Lalu ada kamu, dan aku. Bajumu biru, tuan. Sepadan dengan yang kukenakan. Kita sepasang. Begitu, seperti mimpi-mimpiku; tentang sepasang-sepasang yang lain :)

Kamu akan sekali lagi menertawaiku ketika membaca ini. Ya, aku masih saja percaya bahwa mimpi adalah sebagian tanda-tanda, yang akan membawa pada kesimpulan-kesimpulan; termasuk siapa sepasang itu, mungkin.