Hujan sedang rajin turun. Maklum Desember.
Sedang apa kamu? Menatap monitor lagi? Atau terlelap seusai ritual cuci baju?
Tidak, saya tak hendak mengganggu dengan meminta waktu soremu. Cuaca seperti ini mungkin memang me time yang pas untuk sebagian orang. Saya sendiri menghabiskannya dengan begini. Menuang kamu dan sekitar yang lagi-lagi mengambil tempat di semesta pikiran saya.
hey, apa kabar henfon?
haha.. benar saja, kamu di sana :p
......................
..................
...........
............................................................................................................................
Semoga sisa bulan ini habis dengan banyak berkah, kesenangan, dan kebahagiaan, seperti lagu yang sering kamu nyanyikan, bahwa kamu selalu suka sehabis hujan di bulan ini. Nikmati :)
Kamis, 19 Desember 2013
Minggu, 15 Desember 2013
Jumat, 06 Desember 2013
Selasa, 29 Oktober 2013
dalam satu perjalanan pulang
#1
Jalan sedang ramai kala itu
ia berkendara sendiri
tanpa teman di boncengan, pun lagu
satu-satunya musik adalah pikirannya sendiri
#2
Sebentar lagi ia berhenti
Lampu kuning ia biarkan
Lampu merah adalah jeda
Bisa diam sejenak, pikirnya
#3
Perjalanan tak harus selesai di jalan
Pulang adalah pesta
Merayakan hidup yang seharian di luar
Rumah adalah tujuan.
Jalan sedang ramai kala itu
ia berkendara sendiri
tanpa teman di boncengan, pun lagu
satu-satunya musik adalah pikirannya sendiri
#2
Sebentar lagi ia berhenti
Lampu kuning ia biarkan
Lampu merah adalah jeda
Bisa diam sejenak, pikirnya
#3
Perjalanan tak harus selesai di jalan
Pulang adalah pesta
Merayakan hidup yang seharian di luar
Rumah adalah tujuan.
Jumat, 18 Oktober 2013
Biasa Saja
Tidak ada yang spesial hari ini. Makan siang seperti biasa, minum teh yang rasanya sama saja dengan yang kemarin-kemarin, dan duduk di belakang meja, lalu menghadap ke komputer.
Di sebelah kanan saya ada kaca besar yang menghadap jalan raya. Di sana kendaraan lalu lalang, entah sudah berapa kali kendaraan umum yang sama lewat di sana hari ini sampai detik ini.
Di sebelah kanan saya ada kaca besar yang menghadap jalan raya. Di sana kendaraan lalu lalang, entah sudah berapa kali kendaraan umum yang sama lewat di sana hari ini sampai detik ini.
Pikiran saya yang sedari tadi melayang akhirnya memilih jatuh ke kamu. Lagi. Sedang apa? Kamu sudah mandi hari ini? Kopi pertamamu hari ini masih dibuat sendiri ya? Benar kan, tidak ada yang spesial. Biasa-biasa saja. Seperti kamu. Seperti pikiran saya, dan saya. Mungkin memang tidak harus ditambah apa-apa lagi untuk jadi wah. Sore ini menyenangkan, walau sederhana. Saya, kamu, dan ingatan-ingatan sederhana. Ah, mendungnya memang enak sekali. Pikiran saya perlu berkelana lagi. Kamu yang seru ya soremu :)
Jumat, 27 September 2013
Kamis, 12 September 2013
Angin Sedang Murah Hati
matanya telah basah sejak semalam
untung angin sedang murah hati
meniup-niup air matanya pelan
tak jadi menggenang
untung angin sedang murah hati
meniup-niup air matanya pelan
tak jadi menggenang
Minggu, 28 Juli 2013
Kepada Hujan Sebelum Pagi Ini
Aku nyala api yang membenci dirinya
Panasku masih menyala di bumi yang tertidur
Kepada hujan sebelum pagi ini, redupkan aku.
Bekukan gejolakku yang mengeluh
Biar habis aku dalam serbuanmu.
Panasku masih menyala di bumi yang tertidur
Kepada hujan sebelum pagi ini, redupkan aku.
Bekukan gejolakku yang mengeluh
Biar habis aku dalam serbuanmu.
Sebuah catatan; gemuruh 07.03.2011
-Rahma
(dalam sebuah catatan)
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau takkan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.
Bayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan
Kau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi,
itulah berarti aku adalah tungku tanpa api.
-WS. Rendra
Salam,
ra.
Kau takkan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.
Bayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dan kelumpuhan
Kau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi,
itulah berarti aku adalah tungku tanpa api.
-WS. Rendra
Puisi, atau mungkin penggalan puisi karya Rendra itu entah kapan saya mencatatnya, saya lupa menulis tanggal dan sumbernya. Pun judulnya, jangan ditanya. Payah memang, untung saja saya tak lupa menulis nama penulisnya :D
Hari ini, ketika saya menemukan catatan yang sudah lama (seingatku) ini, saya pikir saya perlu menuliskan ini kembali. Mungkin saja kamu juga (akan) menyukainya, seperti saya :)
Salam,
ra.
Senin, 22 Juli 2013
Terkadang,
Terkadang, di beberapa mimpi, pelukan begitu nyata
Lalu kamu terbangun
Ya, cuma mimpi
Tapi menggelayuti pikiranmu seharian
Jangan bohong!
Kamu didapati langit sedang diam
hilang di pikiranmu sendiri
Tentang sakit, kurasa kamu bisa terbiasa
Sedang lupa bermimpi adalah mati
Pilih mana?
Lalu kamu terbangun
Ya, cuma mimpi
Tapi menggelayuti pikiranmu seharian
Jangan bohong!
Kamu didapati langit sedang diam
hilang di pikiranmu sendiri
Tentang sakit, kurasa kamu bisa terbiasa
Sedang lupa bermimpi adalah mati
Pilih mana?
Sabtu, 22 Juni 2013
Di sana, ..........
Sedang memandang apa?
Langit?
Hendak kau lemparkan juga isi kepalamu ke sana?
Percayalah, langit sudah penuh sesak.
Di sana, rahasia(rahasia) menggantung.
Di sana, rahasia(rahasia) menggantung.
Pulanglah,
habiskan rahasia di bawah bantal,
bekalmu di perjalanan
yang bernama mimpi.
bekalmu di perjalanan
yang bernama mimpi.
#7sketsalog
pssstt, mau ikut ke minggu sore?
Selasa, 30 April 2013
#kesenangan
Pada kesenangan yang sebatas bangun tidur,
Rutinitas telah mengambil waktu.
Banyak.
Lalu aku dikembalikan pada malam yang sebatas "aku ingin tidur"
Pada kesenangan yang sebatas bangun tidur,
Hendaknya kau culik saja aku di pagi buta
Sambil menguap mungkin kita bisa bernyanyi
Layaknya dua pemabuk baru pulang dari kedai
Pada kesenangan yang sebatas bangun tidur,
Betul, pagi telah habis dalam buru-buru
Aku (di)sibuk(kan)
Lantas kau ketinggalan
Ayolah, sekali ini kita buat janji. Melarikan diri.
Rutinitas telah mengambil waktu.
Banyak.
Lalu aku dikembalikan pada malam yang sebatas "aku ingin tidur"
Pada kesenangan yang sebatas bangun tidur,
Hendaknya kau culik saja aku di pagi buta
Sambil menguap mungkin kita bisa bernyanyi
Layaknya dua pemabuk baru pulang dari kedai
Pada kesenangan yang sebatas bangun tidur,
Betul, pagi telah habis dalam buru-buru
Aku (di)sibuk(kan)
Lantas kau ketinggalan
Ayolah, sekali ini kita buat janji. Melarikan diri.
Jumat, 22 Maret 2013
Puisiku Sedang Tidur
ssstt..
puisiku sedang tidur
kamu jangan ribut
kurasa dia sedang berlari di mimpi
menaiki awan satu satu
baring sebentar
lalu jatuh ke bumi
oh, dedaun rimbun pasti menangkapnya
lihatlah, anak burung di kepalanya
mencoba mematuk dahinya
mungkin sebentar lagi ia bangun
ayo pura-pura tak tahu ;)
puisiku sedang tidur
kamu jangan ribut
kurasa dia sedang berlari di mimpi
menaiki awan satu satu
baring sebentar
lalu jatuh ke bumi
oh, dedaun rimbun pasti menangkapnya
lihatlah, anak burung di kepalanya
mencoba mematuk dahinya
mungkin sebentar lagi ia bangun
ayo pura-pura tak tahu ;)
Senin, 25 Februari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)