Lubang besar di dada
lalu hitam di kepala
ingin pecah
ingin pecah
tapi kantung mata lebih dulu lebur
jadi sungai arus deras
ingin ikut hanyut
tapi aku terpasung
menunggu maut
yang adalah belenggu
yang adalah belenggu
mendekap aku lekat-lekat
hingga tulang
jantungku tertusuk
kepalaku masih pekat yang menghujani awan-awan gelap
ke dadaku yang kini darah
lalu beku menjalar dari kaki-kakiku
di sekujur aku biru
di seluruh aku pilu.