rebah di segala paling palung
ruang paling gelap
dengan sebuah korek curian,
kunyalakan pelita berwarna jingga
asapnya pekat seperti yang sudah-sudah
isi kepalaku kini penuh debu
di paru-paruku menjalar abu
aku terjaga dengan kantung mata kian hitam
kembali memulai perjudian dengan semesta
bertaruh dengan jaminan yang itu-itu saja
malam kian pekat
aku takut kecolongan
kusembunyikan satu di saku kiri
supaya aku tetap punya hal untuk kusimpan
kelak, aku tidak akan sendiri
aku punya saku kiri
lalu tinggal menunggu mati
jika tak tergenapi
sengaja tak kukemasi
aku tidak hendak kemana-mana
aku tak punya cukup tidur untuk berlari terlalu jauh
di garis-garis bawah mataku lah perjalanan paling jauh
sebab yang paling palung
cuma pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar