dengan perban dan gunting di tangannya
tapi tak kunjung membalut luka di tangan yang satu
kupikir ia butuh seseorang untuk membantu
hingga sore, kulihat ia masih di sana
kali ini tidak sendiri
ia ditemani senja
yang ia pesan dalam sebuah gelas
ia meminumnnya pelan
pelan-pelan hingga tandas
ia lantas pulang
luka itu tidak pernah ia balut
malam kini selalu tiba lebih awal
merayakan luka dan senja yang kini tiba di paru-parunya
yang berdarah
tapi bukan merah, ia oranye.
di larut, doa-doa kecilnya bersinar
di palung, ia bercampur hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar