Kalau kata mulai liar
Dia kemana-mana
Bertelanjang kaki hingga larut
Dia tak takut gelap
Bersama rintik hujan,
Dia mengalir dari atap rumahmu yang sedikit bocor
Mengintaimu tidur
Lalu menelusup di mimpimu
Akan ada bunyi-bunyi sepanjang malam
Dan ada "hallooo",
Demikian kata bersamamu hingga pagi.
Minggu, 23 Desember 2012
Sabtu, 15 Desember 2012
Kamu Lupa Pulang
Bolehkah mata menjelma pohon?
Tumbuh besar dengan akar yang kuat,
dan batang yang serupa tembok?
Kesana kamu selalu datang
Duduk bersandar di bawah daun yang rimbun
Lalu angin mulai membelai
Sejuk.
Sejuk.
Dan kamu tertidur.
Lupa pulang :D
Tumbuh besar dengan akar yang kuat,
dan batang yang serupa tembok?
Kesana kamu selalu datang
Duduk bersandar di bawah daun yang rimbun
Lalu angin mulai membelai
Sejuk.
Sejuk.
Dan kamu tertidur.
Lupa pulang :D
Jumat, 14 Desember 2012
#dialogpuisi di sini (lagi)
Apa kabar #dialogpuisi? :D
Baiklah, ini yang ke-27. Selamat menikmati :)
CERMIN
Kamu kesukaan
yang tiap pagi berjumpa
lalu di sana ada bayangan
hai, nona cantik! :)
sedang merindukan siapa?
Baiklah, ini yang ke-27. Selamat menikmati :)
CERMIN
Kamu kesukaan
yang tiap pagi berjumpa
lalu di sana ada bayangan
hai, nona cantik! :)
sedang merindukan siapa?
Kata Tak Hendak Turut
Hujan sedang rajin turun,
tapi kata tak hendak turut.
Seperti air yang tertangkap jendela,
kata begitu menggoda.
Di dinding kepala.
Betah di sana.
Lama meluncur ke tanah.
Demikian puisiku bermalas-malasan.
Kasihan.
tapi kata tak hendak turut.
Seperti air yang tertangkap jendela,
kata begitu menggoda.
Di dinding kepala.
Betah di sana.
Lama meluncur ke tanah.
Demikian puisiku bermalas-malasan.
Kasihan.
Minggu, 02 September 2012
Bulan Merah
Kemarin bulan merah
Bulat besar di malam yang muda
Dulu sepenuh itu juga
Hanya saja abu-abu memakan pinggirnya sedikit-sedikit
Di balik tirai tipis yang senada
Purnama-purnama lewat. Banyak.
Berhenti kuhitung.
Tapi rindu begitu saja
Wajahmu selalu disana ketika cahaya bulan jatuh. Di mata dan wajah.
Bulat besar di malam yang muda
Dulu sepenuh itu juga
Hanya saja abu-abu memakan pinggirnya sedikit-sedikit
Di balik tirai tipis yang senada
Purnama-purnama lewat. Banyak.
Berhenti kuhitung.
Tapi rindu begitu saja
Wajahmu selalu disana ketika cahaya bulan jatuh. Di mata dan wajah.
Sabtu, 23 Juni 2012
Minggu, 06 Mei 2012
Puisi Lapar (Bawa Saya ke Kantin !)
Hari ini rakus
Lapar dan lahap
Bawa saya ke kantin
Tentu kuhabiskan (bahkan) kue tak mengundang selera itu
Adalah otak kini tanpa aturan
Seperti perpustakaan dengan buku-buku berhamburan di rak-rak dan meja-meja
Kata acak-acakan
Lupakan!
Bawa saya ke kantin sekarang
Sebelum saya meracau lebih banyak dan makin lapar.
#dialogpuisi ke-26
Lapar dan lahap
Bawa saya ke kantin
Tentu kuhabiskan (bahkan) kue tak mengundang selera itu
Adalah otak kini tanpa aturan
Seperti perpustakaan dengan buku-buku berhamburan di rak-rak dan meja-meja
Kata acak-acakan
Lupakan!
Bawa saya ke kantin sekarang
Sebelum saya meracau lebih banyak dan makin lapar.
#dialogpuisi ke-26
Rabu, 18 April 2012
Sajak
Kali ini aku bercerita tentangmu
Entah kapan pertama
Mungkin di pagi yang dini, atau di sore yang kesorean
Tapi kurasa itu malam yang canggung
Pertemuan dengan kata yang malu-malu
Kemudian mulai kucatat banyak hal satu satu
Seperti asap mengepul dari cangkir teh ku. Udara penuh.
Di bawah, celah-celah disusupi
Suara-suara di balik tembok adalah tahanan yang merangkak keluar
Kamu, bergerak dalam bahasa yang lain.
Ceracau nyata yang menampakkan diri samar-samar.
#dialogpuisi ke-25
Entah kapan pertama
Mungkin di pagi yang dini, atau di sore yang kesorean
Tapi kurasa itu malam yang canggung
Pertemuan dengan kata yang malu-malu
Kemudian mulai kucatat banyak hal satu satu
Seperti asap mengepul dari cangkir teh ku. Udara penuh.
Di bawah, celah-celah disusupi
Suara-suara di balik tembok adalah tahanan yang merangkak keluar
Kamu, bergerak dalam bahasa yang lain.
Ceracau nyata yang menampakkan diri samar-samar.
#dialogpuisi ke-25
Jumat, 30 Maret 2012
Gelap
Memanggil dari balik petang
Di lipatan matahari ego kian hitam
Beranjak perlahan hingga kemari
Kemudian cepat ruh mu terperangkap mengakui diri
Dan sebelum ringkihmu selesai, gelap telah usai.
Terang datang.
#dialogpuisi ke-24
Di lipatan matahari ego kian hitam
Beranjak perlahan hingga kemari
Kemudian cepat ruh mu terperangkap mengakui diri
Dan sebelum ringkihmu selesai, gelap telah usai.
Terang datang.
#dialogpuisi ke-24
Pulang
Sebutlah ini perjalanan.
Sudah jauh.
Berkawan dengan yang baru.
Lalu di belakang, rindu seperti memburu
Dan kuputuskan untuk pulang.
Melupakan pencarian di pergiku.
#dialogpuisi ke-23
Sudah jauh.
Berkawan dengan yang baru.
Lalu di belakang, rindu seperti memburu
Dan kuputuskan untuk pulang.
Melupakan pencarian di pergiku.
#dialogpuisi ke-23
Sabtu, 10 Maret 2012
Tanah
Kata, jatuhlah ke tanah. Kepadaku.
Cukup bagimu bermain seharian
Singgahlah. Catat dirimu di punggungku
Sebelum udara membawamu lagi kemana-mana
Merapat. Tuliskan dirimu sesukamu
Sebelum udara terbangkanmu sesukanya
Sebagai #dialogpuisi ke-22
Cukup bagimu bermain seharian
Singgahlah. Catat dirimu di punggungku
Sebelum udara membawamu lagi kemana-mana
Merapat. Tuliskan dirimu sesukamu
Sebelum udara terbangkanmu sesukanya
Sebagai #dialogpuisi ke-22
Matahari
Datanglah matahari pada bulan yang usai
Cerita malam yang sepenggal itu kini kabur terpapar silau
Bukan matahari yang pongah
Sadarlah, bulan, rehatlah sejenak dari puisimu yang patah
Tidurlah dalam awan yang tebal
Hingga malam kembali, giliranmu bermain, udara dan kata.
Sebagai #dialogpuisi ke-21
Cerita malam yang sepenggal itu kini kabur terpapar silau
Bukan matahari yang pongah
Sadarlah, bulan, rehatlah sejenak dari puisimu yang patah
Tidurlah dalam awan yang tebal
Hingga malam kembali, giliranmu bermain, udara dan kata.
Sebagai #dialogpuisi ke-21
Pensil Warna
Aku, warna-warni yang menari lincah di tubuhmu
Ada cerita ku tuang disana
Bertumpuk dan kadang jarang
Helaimu ku hinggapi satu-satu
Menyatulah kita, wahai kertas.
Sebagai #dialogpuisi ke-20
Ada cerita ku tuang disana
Bertumpuk dan kadang jarang
Helaimu ku hinggapi satu-satu
Menyatulah kita, wahai kertas.
Sebagai #dialogpuisi ke-20
Kering
Adalah kini musim hujan
Kata turut basah, hanyut.
Demikian hingga tak ada jejak disini
Ini ide yang kering
Seperti titik-titik air yang mulai hilang
Kata tak lagi basah
Menguap cepat
Sebagai #dialogpuisi ke-19
Kata turut basah, hanyut.
Demikian hingga tak ada jejak disini
Ini ide yang kering
Seperti titik-titik air yang mulai hilang
Kata tak lagi basah
Menguap cepat
Sebagai #dialogpuisi ke-19
Jumat, 09 Maret 2012
Batas
Kau temukan titik bernama batas. Aku.
Pada kaki-kaki yang menapak tak ada ruang untuk bergerak banyak
Seperti peluh di lampu merah yang kepanasan
Maka bebas adalah harga mati
Batas bukan perhentian yang mengajakmu bunuh diri
Maka kau, cukup lewati aku, dan kau bebas.
Sebagai #dialogpuisi ke-18
Pada kaki-kaki yang menapak tak ada ruang untuk bergerak banyak
Seperti peluh di lampu merah yang kepanasan
Maka bebas adalah harga mati
Batas bukan perhentian yang mengajakmu bunuh diri
Maka kau, cukup lewati aku, dan kau bebas.
Sebagai #dialogpuisi ke-18
Tidur
Pagi, jangan cepat datang
Saya mau lelap, dengan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Kemudian mencoba menghangatkan punggung di balik selimut
Sudah, berhenti mencoba membangunkan aku
Jangan bersusah payah
Aku mau tidur saja, menyembunyikan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Hey, saya bilang SAYA MAU TIDUR!
Tak bangun pagi sekali ini
Seperti berhutang, layaklah ini kusebut melunasi tidur.
Jangan sebut ini sepasang, bangun itu mengakhiri, tidurku yang belum cukup.
Sebagai #dialogpuisi ke-17
Saya mau lelap, dengan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Kemudian mencoba menghangatkan punggung di balik selimut
Sudah, berhenti mencoba membangunkan aku
Jangan bersusah payah
Aku mau tidur saja, menyembunyikan kepala di bawah bantal
Menekuk lutut dan mulai mengeluh kaki kram
Hey, saya bilang SAYA MAU TIDUR!
Tak bangun pagi sekali ini
Seperti berhutang, layaklah ini kusebut melunasi tidur.
Jangan sebut ini sepasang, bangun itu mengakhiri, tidurku yang belum cukup.
Sebagai #dialogpuisi ke-17
Bandara
Persinggahan,
Ada kamu lalu lalang, di jalan yang panjang dan lapang
Segera terbang dan bertemu awan
Lalu ketika kamu pulang, inilah rumah
Tempatmu berhenti sebelum udara kembali bergerak di sayap-sayapmu
Pesawat, terbanglah dan jangan lupa pulang
Kesini, ke bandara, dimana rindu menjemput di tangan yang merentang (seperti sayapmu).
Sebagai #dialogpuisi ke-16
Ada kamu lalu lalang, di jalan yang panjang dan lapang
Segera terbang dan bertemu awan
Lalu ketika kamu pulang, inilah rumah
Tempatmu berhenti sebelum udara kembali bergerak di sayap-sayapmu
Pesawat, terbanglah dan jangan lupa pulang
Kesini, ke bandara, dimana rindu menjemput di tangan yang merentang (seperti sayapmu).
Sebagai #dialogpuisi ke-16
Rabu, 29 Februari 2012
Sebut Aku Gila !
Sebut aku gila,
Yang menangis sebentar kemudian terpingkal
Sebut aku gila,
Tak ada yang terlalu lucu dan aku terus tertawa
Sebut aku gila
Mulai membayangkan otakku oranye dan rambut merah terang
Sebut aku gila
Sudah dan masih menganggap gila itu keren
Sebut aku gila
Aku bahkan tak cukup waras untuk memintamu memanggilku gila
Sebagai #dialogpuisi ke-15
Yang menangis sebentar kemudian terpingkal
Sebut aku gila,
Tak ada yang terlalu lucu dan aku terus tertawa
Sebut aku gila
Mulai membayangkan otakku oranye dan rambut merah terang
Sebut aku gila
Sudah dan masih menganggap gila itu keren
Sebut aku gila
Aku bahkan tak cukup waras untuk memintamu memanggilku gila
Sebagai #dialogpuisi ke-15
Minggu, 26 Februari 2012
Teman
Kita bukan yang berbagi dalam gelap, seperti kunang-kunang dan senja
Kita bukan yang mengejar matahari sama-sama, yang berakhir dalam temaram
Kita ini tanpa batas
Siang dan malam, berceritalah, aku selalu menyimak.
Kamu bukan tanpa cacat, aku pengamat.
Kamu, emosi yang memunggungi, kita tak selalu sepaham.
Kamu, ah, tapi selalu kamu, yang kucari.
Sekedar perang energi seperti musuh yang konyol, kemudian kita tertawa.
Teman, sedianya peluk yang hangat
Kita adalah yang tidak pernah saling meninggalkan
Sekalipun kita energi yang bertabrakan
Daripada musuh, aku lebih suka menyebutmu teman.
terimakasih.
#dialogpuisi ke-14
Kita bukan yang mengejar matahari sama-sama, yang berakhir dalam temaram
Kita ini tanpa batas
Siang dan malam, berceritalah, aku selalu menyimak.
Kamu bukan tanpa cacat, aku pengamat.
Kamu, emosi yang memunggungi, kita tak selalu sepaham.
Kamu, ah, tapi selalu kamu, yang kucari.
Sekedar perang energi seperti musuh yang konyol, kemudian kita tertawa.
Teman, sedianya peluk yang hangat
Kita adalah yang tidak pernah saling meninggalkan
Sekalipun kita energi yang bertabrakan
Daripada musuh, aku lebih suka menyebutmu teman.
terimakasih.
#dialogpuisi ke-14
Sabtu, 25 Februari 2012
Tiang
Tenanglah, kamu, yang duduk di puncakku
Jangan risau pada lumut di tubuh kurusku
Aku masih menyanggahmu
Dan suara-suara palsu di bawahmu usah kau dengar
Warnamu yang pudar tak perlu hormat dari para serakah
Berkibarlah, ada nyanyi ibu pertiwi untukmu, benderaku.
Sebagai #dialogpuisi ke-13
Jangan risau pada lumut di tubuh kurusku
Aku masih menyanggahmu
Dan suara-suara palsu di bawahmu usah kau dengar
Warnamu yang pudar tak perlu hormat dari para serakah
Berkibarlah, ada nyanyi ibu pertiwi untukmu, benderaku.
Sebagai #dialogpuisi ke-13
Kaca kepada Embun
Kita adalah pertemuan dalam udara yang basah
Kau bening yang menempel di tubuhku yang mengkilap
Mereka memanggilmu embun dan menyebutku kaca
Kita adalah yang berkawan ketika udara dingin
Kedatanganmu tiap pagi buta
Adakah itu rindu yang baru menemukan rumahnya?
Kemana siang membawamu?
Sebagai #dialogpuisi ke-12
Kau bening yang menempel di tubuhku yang mengkilap
Mereka memanggilmu embun dan menyebutku kaca
Kita adalah yang berkawan ketika udara dingin
Kedatanganmu tiap pagi buta
Adakah itu rindu yang baru menemukan rumahnya?
Kemana siang membawamu?
Sebagai #dialogpuisi ke-12
Sepatu
Jadi ini tentang sepatu tua yang kau tanggalkan
Sepasang sepatu usang yang selalu setia menemani perjalanan
Hingga ia mulai menemui ujung kisahnya lebih dulu
Dan kau lalu memilih bertelanjang kaki
Ya, itu hanya lubang kecil di bagian kiri
Alasnya masih sanggup kau ajak kemana-mana, berpetualang.
Tapi sudahlah, kakimu juga sudah mulai mati rasa, kupikir.
Atau mungkin kau lupa bagaimana memakai sepatu?
Sebagai #dialogpuisi ke-11
hey, ada kaki tak bersepatu menapak dengan liar, siapa hendak turut? :D
Sepasang sepatu usang yang selalu setia menemani perjalanan
Hingga ia mulai menemui ujung kisahnya lebih dulu
Dan kau lalu memilih bertelanjang kaki
Ya, itu hanya lubang kecil di bagian kiri
Alasnya masih sanggup kau ajak kemana-mana, berpetualang.
Tapi sudahlah, kakimu juga sudah mulai mati rasa, kupikir.
Atau mungkin kau lupa bagaimana memakai sepatu?
Sebagai #dialogpuisi ke-11
hey, ada kaki tak bersepatu menapak dengan liar, siapa hendak turut? :D
Teras
Kudapati tubuh lelaki tua berdiam disitu
Di kursi yang malas itu
Tubuhnya terperangkap disana
Sedang ingatannya menembus hingga sisi depan sebuah rumah tua
Ya, rindu mulai memenuhi ruang ketika hujan kecil sore ini menggenapi
Di teras rumah itu kisah ini dimulai
Di teras rumah itu ingatannya menemui jalan
Dan cerita mulai berserakan
Sebagai #dialogpuisi ke-10
Di kursi yang malas itu
Tubuhnya terperangkap disana
Sedang ingatannya menembus hingga sisi depan sebuah rumah tua
Ya, rindu mulai memenuhi ruang ketika hujan kecil sore ini menggenapi
Di teras rumah itu kisah ini dimulai
Di teras rumah itu ingatannya menemui jalan
Dan cerita mulai berserakan
Sebagai #dialogpuisi ke-10
Batu
Di tubuh yang kaku, datanglah.
Bukan demi lembut laku.
Sudah jelas kau tahu, aku batu.
Keras adalah nyata, itu aku.
Menghempaslah, dan jangan berpikir aku akan pecah
Ini bukan lelucon yang menggelitik : aku tertawa dan patahlah keangkuhan
Tapi aku bisa sedikit berbaik hati, mungkin,
Membiarkanmu membentuk lubang-lubang kecil di punggungku hingga aku habis karenanya
Maka bagimu air, hanya jika kau tak menyerah, aku rela kau kikis.
Sebagai #dialogpuisi ke-9
Psssstt, ada air yang terjun disini.
Rabu, 22 Februari 2012
Sebut Aku Awan
Tunggu sebentar
Biarkan aku dengan titik-titik airku berarak, hingga dingin adalah alasan untuk berpeluk
Biarkan memberat dan jatuh ke bumi esok hari
Saksikan lagi olehmu busur warna-warni dengan tirai matahari di belakangmu.
Jangan buru-buru dan tak perlu menghalauku
Aku hanya diarak angin ke tempatmu
Ku jatuhkan air langit,
Tepat di hadap sinar matahari, agar kau bertemu dengan pelangimu lagi.
Tenanglah, jangan ragu, matahari dan aku sudah ada janji
Kami temui kau esok
Ada sepasang pelangi untukmu, dengan putih yang setipis kembang gula
Cukuplah kau menikmati dengan punggung yang hangat oleh cahaya matahari
Sebut aku awan.
(Bukan lagi) hari ke-8 #dialogpuisi. :p
~hayooo, mana yang rindu pelangi?
Biarkan aku dengan titik-titik airku berarak, hingga dingin adalah alasan untuk berpeluk
Biarkan memberat dan jatuh ke bumi esok hari
Saksikan lagi olehmu busur warna-warni dengan tirai matahari di belakangmu.
Jangan buru-buru dan tak perlu menghalauku
Aku hanya diarak angin ke tempatmu
Ku jatuhkan air langit,
Tepat di hadap sinar matahari, agar kau bertemu dengan pelangimu lagi.
Tenanglah, jangan ragu, matahari dan aku sudah ada janji
Kami temui kau esok
Ada sepasang pelangi untukmu, dengan putih yang setipis kembang gula
Cukuplah kau menikmati dengan punggung yang hangat oleh cahaya matahari
Sebut aku awan.
(Bukan lagi) hari ke-8 #dialogpuisi. :p
~hayooo, mana yang rindu pelangi?
Dari Sini, Dari Bumi.
Tadaaaaaa :D Saya kembali.
Jadi, berapa dialog yang saya lewatkan?
Heh? "Saya kemana saja beberapa hari ini?"?
hemm, saya disekap alien.
Yaaa, boleh percaya dan boleh tidak. *menjawab enteng :p
Well, waktunya menyelesaikan tugas.
#dialogpuisi (yang seharusnya ditulis di ...) hari ke-7 :D
Dari Sini, Dari Bumi.
Ah, Langit.
Tahukah kau?
Kata yang ulang-aling adalah keributan yang berakar di sini.
Musimmu yang tak karuan tak perlu pula kau tanya, adalah perdebatan di kolongmu.
Jadi, berapa dialog yang saya lewatkan?
Heh? "Saya kemana saja beberapa hari ini?"?
hemm, saya disekap alien.
Yaaa, boleh percaya dan boleh tidak. *menjawab enteng :p
Well, waktunya menyelesaikan tugas.
#dialogpuisi (yang seharusnya ditulis di ...) hari ke-7 :D
Dari Sini, Dari Bumi.
Ah, Langit.
Tahukah kau?
Kata yang ulang-aling adalah keributan yang berakar di sini.
Musimmu yang tak karuan tak perlu pula kau tanya, adalah perdebatan di kolongmu.
Hemmm, langit.
Kenapa memandang ke bawah sini terlalu lama?
Sejuk yang kau lihat hanyalah hijau yang bias dari tombak-tombak matahari
Maka rasakanlah aroma rumput terpanggang
Dari bawah sini, segala yang kau jatuhkan hendak kukembalikan
Air, panas, juga kata yang menjalar cepat ketika kau biru terang
Tapi maaf, separuh mereka merapat di tubuhku
Sempatlah sejumput kukirim, yang lain relakan bagiku. Hidup di bumi.
Setelah ini usai, kita bisa bertemu.
Kau dalam biru, aku hijau. Kita damai.
Sabtu, 18 Februari 2012
Penuh
Entah kata, entah penangkap kata, yang berjalan merangkak
Ada penuh yang terperangkap. Disitu.
Yang lantas kau bilang blank.
Kosong katamu
Tentu saja ini penuh
Ketika kepalamu tak ada isi kecuali satu
Entah apa
Mungkin kekosongan itu sendiri
Tentu saja ini penuh
Saat satu persatu kata terlucuti dari kepalamu
Bukankah itu penuh yang meluap?
Kamu yang tak kuasa menangkap
Sudahlah,
Entah kata, entah penangkap kata, yang berjalan merangkak
Ada penuh yang terperangkap. Disitu.
Kamu, menangkap kekosongan.
#dialogpuisi, hari ke-6. Entah penuh, entah kosong, pilihlah. :)
Ada penuh yang terperangkap. Disitu.
Yang lantas kau bilang blank.
Kosong katamu
Tentu saja ini penuh
Ketika kepalamu tak ada isi kecuali satu
Entah apa
Mungkin kekosongan itu sendiri
Tentu saja ini penuh
Saat satu persatu kata terlucuti dari kepalamu
Bukankah itu penuh yang meluap?
Kamu yang tak kuasa menangkap
Sudahlah,
Entah kata, entah penangkap kata, yang berjalan merangkak
Ada penuh yang terperangkap. Disitu.
Kamu, menangkap kekosongan.
#dialogpuisi, hari ke-6. Entah penuh, entah kosong, pilihlah. :)
Jumat, 17 Februari 2012
Oranye !
Hari ini oranye
Berpendar di kepala
Ke seluruh ruang ia melenggang
Semangat renyah terpanggang
Hari ini oranye
Di bawah langit hitam ia menantang
Menyala dalam alang-alang
Padam pun ia pantang
Hari ini oranye
Secantik langit senja kemarin
Hitam tak dapat giliran
Maka kamu, hitam, bersabarlah.
Hari ini oranye
Iya, ini oranye!
Hari ke-5 #dialogpuisi. Oranye. Bukan giliranmu, hitam! :p hahaha
Kamis, 16 Februari 2012
Kue Tart
Cantik, manis
Anggun berhias, dengan gaun warna-warni
Tapi kemudian tak ada selera
Ini wajah yang sama
Cantik, manis
Halus berbalut cokelat yang lembut
Ah, tapi kamu tampak bosan
Ini rasa yang sama
Kecuali lilin telah disulut
Cantikku benderang
Kamu mendekat
Nyanyimu lalu diikuti telunjuk yang lincah
Kamu tergoda, padaku
Pada butter creamku yang tampak manis
Adalah dia lilin baik hati, kau tiup.
hari ke-4 #dialogpuisi. Tengok lilin disini, yuk :)
Anggun berhias, dengan gaun warna-warni
Tapi kemudian tak ada selera
Ini wajah yang sama
Cantik, manis
Halus berbalut cokelat yang lembut
Ah, tapi kamu tampak bosan
Ini rasa yang sama
Kecuali lilin telah disulut
Cantikku benderang
Kamu mendekat
Nyanyimu lalu diikuti telunjuk yang lincah
Kamu tergoda, padaku
Pada butter creamku yang tampak manis
Adalah dia lilin baik hati, kau tiup.
hari ke-4 #dialogpuisi. Tengok lilin disini, yuk :)
Rabu, 15 Februari 2012
Sirkus
Maka hadirlah dunia mini
Dalam riuh panggung besar yang menyala
Di antara tongkat-tongkat panjang
Dan tuan yang berjumpalitan di udara
Adalah sirkus ; begitu kau sebut
Setenda penuh aksi. Memukau.
Dari sekeliling pelakon yang berkilau
Telapak-telapak tangan bertemu
Lalu kami mulai tergelak
Seisi perut geli
Saraf bergetar kendur
hanya tawa yang kejang-kejang
Kamu, bintang bernama badut
Apa kabar hidungmu yang merah? :D
Hari ketiga #dialogpuisi. Ayo, ikut saya cari badut *masuk sini*
Eh, hari ini saya double posting loh =)) <--- gak penting
Dalam riuh panggung besar yang menyala
Di antara tongkat-tongkat panjang
Dan tuan yang berjumpalitan di udara
Adalah sirkus ; begitu kau sebut
Setenda penuh aksi. Memukau.
Dari sekeliling pelakon yang berkilau
Telapak-telapak tangan bertemu
Lalu kami mulai tergelak
Seisi perut geli
Saraf bergetar kendur
hanya tawa yang kejang-kejang
Kamu, bintang bernama badut
Apa kabar hidungmu yang merah? :D
Hari ketiga #dialogpuisi. Ayo, ikut saya cari badut *masuk sini*
Eh, hari ini saya double posting loh =)) <--- gak penting
Wajah dalam Topeng
Wajah dalam topeng-topeng
Wajah-wajah dalam topeng
Wajah risau yang bersaput wajah lain
Wajah pasi yang tak mengenal dirinya
Hingga malam membiarkannya sendiri
Seonggok isi dalam berteriak lantang
Gusar terjebak, mencoba kabur
Tapi percuma, ini wajah yang terpasung
Wajah telah berhias rupa yang lain
Kecuali hari larut yang mengelupas
Topeng selalu mengikat
Menjadikan diri tak kuasa, lupa wajah sendiri
Otak saya ngadat kemarin, temans. Niat ngademin otak akhirnya berujung di mimpi ; saya melewatkan 14 Februari. Dan saya baru berhasil bikin puisinya hari ini. Saya payah? iya, saya memang keren #eh :D
Maka berkenanlah pura-pura amnesia. Anggap ini hari kedua #dialogpuisi :D
Cek topengnya disini yaa :)
Wajah-wajah dalam topeng
Wajah risau yang bersaput wajah lain
Wajah pasi yang tak mengenal dirinya
Hingga malam membiarkannya sendiri
Seonggok isi dalam berteriak lantang
Gusar terjebak, mencoba kabur
Tapi percuma, ini wajah yang terpasung
Wajah telah berhias rupa yang lain
Kecuali hari larut yang mengelupas
Topeng selalu mengikat
Menjadikan diri tak kuasa, lupa wajah sendiri
Otak saya ngadat kemarin, temans. Niat ngademin otak akhirnya berujung di mimpi ; saya melewatkan 14 Februari. Dan saya baru berhasil bikin puisinya hari ini. Saya payah? iya, saya memang keren #eh :D
Maka berkenanlah pura-pura amnesia. Anggap ini hari kedua #dialogpuisi :D
Cek topengnya disini yaa :)
Senin, 13 Februari 2012
Berjalanlah Kesini
Kamu, berjalanlah kesini
Sesekali ini jalan yang sepi
Gaduh di kepalamu itu cuma bayangan
Adalah napasmu kau dengar satu-satu
Kamu, berjalanlah kemari
Sejurus ini tempat yang ramai
Pertunjukan : adegan kiri kanan
Hey, senyummu merekah
Kamu, jangan berhenti disitu
Segala menikung itu persimpangan
Pilih satu kemudian jalan
Bertemulah kita di penghujung
P.S. : Ini #dialogpuisi, proyek iseng saya sama Tukang Tunai Puisi satu ini. haha :p. Hari pertama ini temanya tentang jalan dan pejalan. Coba kita cek kesini, apa yang sudah dia buat? :D
Sesekali ini jalan yang sepi
Gaduh di kepalamu itu cuma bayangan
Adalah napasmu kau dengar satu-satu
Kamu, berjalanlah kemari
Sejurus ini tempat yang ramai
Pertunjukan : adegan kiri kanan
Hey, senyummu merekah
Kamu, jangan berhenti disitu
Segala menikung itu persimpangan
Pilih satu kemudian jalan
Bertemulah kita di penghujung
P.S. : Ini #dialogpuisi, proyek iseng saya sama Tukang Tunai Puisi satu ini. haha :p. Hari pertama ini temanya tentang jalan dan pejalan. Coba kita cek kesini, apa yang sudah dia buat? :D
Minggu, 12 Februari 2012
Secangkir Rindu?
Hujan mengepung pagi ini
Kopimu mendingin lebih cepat, disergap udara panasnya
Kau seruput saja semua, habis bersisa ampas
Seperti rindu, cerita basi yang tetap kau nikmati
Sayang katamu jika terlewatkan
Mungkin besok cerah
Cangkirmu mengepul lebih lama
Kopi dan rindumu menghangat disitu. Satu.
P.S : Jadi, tulisan ini dibuat beberapa hari yang lalu, sesuai permintaan kawan yang satu ini :p, tentang pagi - hujan - (dan) rindu.
Ok, tugas saya selesai :) semoga yang request suka. haha :p
Kopimu mendingin lebih cepat, disergap udara panasnya
Kau seruput saja semua, habis bersisa ampas
Seperti rindu, cerita basi yang tetap kau nikmati
Sayang katamu jika terlewatkan
Mungkin besok cerah
Cangkirmu mengepul lebih lama
Kopi dan rindumu menghangat disitu. Satu.
P.S : Jadi, tulisan ini dibuat beberapa hari yang lalu, sesuai permintaan kawan yang satu ini :p, tentang pagi - hujan - (dan) rindu.
Ok, tugas saya selesai :) semoga yang request suka. haha :p
Minggu, 05 Februari 2012
LITTLE MAYA'S GIVEAWAY
by me |
Gambar. Mungkin itu jawaban paling pas ketika ditanya "passion kamu apa?". Sebagian orang menuangkan isi pikiran dengan tulisan atau langsung "menunjukkan" dengan bicara. Saya? Tentu keduanya, tapi jarang, kalaupun ada, dengan singkat. :D
Gambar merupakan komunikasi bentuk lain, yang bersifat tidak langsung. Saya lebih memilih itu, walaupun sering berakhir hanya sebagai coretan, abstrak :). Mungkin saya perlu mengumpulkan semua gambar saya, termasuk yang bentuknya tidak jelas itu, menyatukannya, dan melihat-lihat mereka lagi kapan-kapan. Itu pasti menyenangkan, seperti membaca diary lama mungkin, dan masuk dalam mesin waktu :D. Kamu bagaimana? Passionmu apa?
Tulisan ini saya ikutsertakan dalam LITTLE MAYA'S GIVEAWAY. Terimakasih untuk mba Artika Maya yang sudah "mengajak" saya berpikir tentang passion. I find it, i get it :D
Jumat, 20 Januari 2012
Hujan Sore
Di luar awan gelap
Ranting-ranting telanjang dikecup hujan kecil yang basah
Ada burung gereja di atas mereka
Hujan sore ini mesra
Hujan sore ini romantis
Reranting pun gemerisik
Tertawa kecil-kecil
Tamalanrea, ~ditulis dengan "sedikit paksaan" saat writer's block melanda. :D
PS : Terimakasih untuk k'Z yang sudah mempercayakan idenya : hujansoresore untuk saya racik <--- eh, ternyata lapar, dikiranya bahan makanan. haha. Semoga tidak menyesal setelah membaca puisi dengan ilustrasi yang terkesan seadanya di atas. hehe.
Rabu, 18 Januari 2012
Kenangan
Setipis rindu pagi ini,
kuhirup dalam-dalam.
hmmm
Ada kamu, dibawa angin.
Di jalan itu, penuh ruang-ruang udara.
Oksigen. Iya, oksigen.
Dan aku hidup.
Kamu juga, disini. Tentu.
kuhirup dalam-dalam.
hmmm
Ada kamu, dibawa angin.
Di jalan itu, penuh ruang-ruang udara.
Oksigen. Iya, oksigen.
Dan aku hidup.
Kamu juga, disini. Tentu.
Langganan:
Postingan (Atom)